Konseling Kelompok Sebagai Media Pembelajaran Dalam Menemukan Kembali Hidup Yang Bermakna

Authors

  • Hilda Sudhana Program Studi Psikologi Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali
  • A.A. Istri Mira Pramitya Program Studi Psikologi Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali

Keywords:

konseling kelompok, makna hidup, korban Bom Bali

Abstract

Bom Bali I dan II telah belasan tahun berlalu, namun masih menyisakan trauma bagi korban, yang menilai hidup menjadi tidak sama lagi seperti sebelumnya. Individu yang menjadi korban langsung masih merasakan keluhan kesehatan, gangguan psikologis, dan hambatan sosial ekonomi. Selama ini korban menjalani pendampingan psikologis berupa konseling individual, namun dampaknya belum maksimal dan efektif karena terkendala waktu, luas jangkauan layanan dan biaya yang dibutuhkan. Atas alasan tersebut, dilakukan rintisan baru pendampingan psikologis berupa konseling kelompok. Melalui konseling kelompok, individu dapat saling mendengarkan dan memberi umpan balik, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar dalam memecahkan permasalahan yang dialami. Partisipan pada konseling kelompok yang dilakukan pada bulan Maret 2018 adalah korban langsung bom Bali I dan II sebanyak tujuh orang. Masalah yang dibahas antara lain kelompok masih mengalami keluhan kesehatan dan gangguan psikologis sebagai akibat dari bencana, serta belum terpenuhinya rasa aman dalam melanjutkan kelangsungan hidup. Namun, rasa syukur karena masih diberi kesempatan hidup, adanya dukungan keluarga dan teman dekat menjadi faktor penguat dalam menapaki hidup. Harapan untuk masa depan adalah mencapai kehidupan yang tenang, mempunyai penghasilan yang lebih pasti, adanya perhatian pemerintah, dan tersedianya layanan sosial. Kelompok menyepakati perlunya kelanjutan dari pertemuan konseling kelompok secara berkala.

References

Astuti, B. (2012). Modul konseling kelompok. FIP UN.

Effendy, N. (2016, Februari). Konsep flourishing dalam psikologi positif: Subjective well-being atau berbeda?. Dipresentasikan dalam Seminar Asean 2nd Psychology & Humanity, Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia.

Gerald, C. (2012). Theory & practice of group counseling, 8th edition. USA: Cengage Learning.

Latipun. (2006). Psikologi konseling: Kajian pustaka konseling kelompok (Tesis tidak diterbitkan). UIN Malang, Indonesia. Diambil dari etheses.uin-malang.ac.id.

Media Indonesia (2016). 2002: Tragedi bom Bali. Diambil dari mediaindonesia.com.

Maemun, A. (2012). Pengembangan bimbingan kelompok dengan teknik modeling untuk mengembangkan budi pekerti berbasis nilai-nilai humanistik. Diambil dari www.unnes.ac.id.

Murad, J. (2008). Dasar-dasar konseling. Jakarta: UI Press.

Rifda. (2016). Efektivitas layanan konseling kelompok dengan pendekatan realita untuk mengatasi kesulitan komunikasi interpersonal peserta didik kelas X MAN Krui Lampung Barat (Tesis tidak diterbitkan). IAIN Raden Intan Lampung, Indonesia.

Setiadi, A. I. (2016). Psikologi positif: Pendekatan saintifik menuju kebahagiaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Simanjuntak, S. Y. (2016). Analisis kerja sama bilateral Indonesia dengan Australia dalam penanggulangan terorisme sebagai kejahatan transnasional terorganisir. Journal of International Relations, 2(3),117-127.

Uthiaestiane. (2012). Sekilas tentang psikologi positif. Diambil dari fpsi08.web unair.ac.id.

Wikipedia. (2005). Bom Bali. Diambil dari https://id.m.wikipedia.org.

Yayasan Isana Dewata. (2016). Luka bom Bali. Denpasar: PT Percetakan Bali.

Downloads

Published

2018-08-09